Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

PAMIT pt.2 (end)

Hujan yang telah membawaku kembali ke masa lalu berangsur angur mereda. Satu per satu orang-orang mulai bergegas meninggalkan halte dan kembali dengan urusan mereka masing-masing sebelum hari beranjak semakin malam. Aku sedang membereskan barang-barangku dan bersiap melanjutkan perjalanan ketika kedua mataku menangkap sesosok gadis yang telah memberikan arti lebih di dalam hidup remajaku. Aku harap kalimat jodoh pasti bertemu berlaku padaku saat ini. Aku mulai memperhatikannya dari jauh, rupanya tak jauh berbeda dengan masa SMA dulu, hanya saja terlihat lebih dewasa. Aku terhanyut dengan suasana yang membawa kembali rindu. Ia tengah berbicara dengan seseorang lewat telepon. Andai dia tau betapa aku merindukannya. Oh, aku sangat amat merindukannya. Lebih dari yang kusadari. Rasanya seperti bumi berhenti berputar, dan waktu berhenti berlalu, bahkan semua hal di sekelilingku seakan bergerak lambat. Hanya ada aku dan dia di antara gerimis hujan. Di mataku, gadisku menjadi ...

PAMIT pt.1

Aku melirik arloji hitam yang melekat erat di pergelangan tangan kananku, sudah lebih dari satu jam namun langit belum juga berhenti menangis. Bahkan tangisannya bertambah deras seiring waktu berjalan. Kilatan cahaya mulai terlihat di antara awan kelabu yang memenuhi langit senja itu, disusul oleh siulan petir yang seakan memperparah tangis sang langit. Rasa kesal mulai menghampiriku mengingat hari mulai menjelang malam sedangkan aku sama sekali belum mempersiapkan presentasi untuk ujian salah satu mata kuliahku besok.  Sebuah raungan pun mulai terdengar dari dalam perutku. Uh, aku baru ingat belum makan siang. Halte tempatku berteduh mulai ramai dikunjungi mereka yang bernasib sama sepertiku. Terkurung hujan disaat banyak keperluan yang menuntut diselesaikan. Contohnya pria paruh baya yang berdiri di penghujung kanopi halte. Pria itu memakai kemeja biru bergaris dan celana bahan hitam, seorang pegawai yang terlihat kesal dengan keadaan. Hal itu dapat disimpulkan dari raut waj...

Saya Ingin

Saya ingin menjadi dokter Lalu dikirim ke Palestina Bergabung bersama pasukan berjas putih lainnya Siap berbakti dan ikut berjuang Membela yang benar Berjihad di jalan Tuhan Saya ingin berkecimpung di dunia politik Berada di deretan orang orang berpengaruh Atas nama pemerintah Agar saya dapat membuat kebijakan Dan memberantas ketidakadilan Akan saya kirimkan prajurit terbaik Bukan untuk mengobarkan bendera perang Melainkan menjemput saudara saudaraku yang terombang ambing di lautan Yang tubuhnya hanya tulang berbalut kulit Jangankan makan, mempertahankan hidup pun sulit Pohon pohon dihabiskan Kertasnya digunakan untuk poster kampanye pedulikan alam Yang kemudian berakhir di pinggiran jalan Robek dan terinjak injak Berita menghilangkan nyawa tersiar setiap hari Hingga tak lagi merasa ngeri Karena seringnya hal tersebut terjadi Tidak kah hatimu teriris Ketika berada di keramaian namun tercipta keheningan Tubuh tubuh yang menunduk Mencari kebahagiaan fana ...

Terlambat

Hembusan angin senja terasa menggelitik tengkukku. Membuatku semakin merapatkan pakaian berbahan tebal pemberian kakakku dua tahun yang lalu. Langit yang semula memancarkan cahaya jingga yang lembut, kini mulai berubah kelabu, menyisakan segurat warna kemerahan di ufuk barat. Tatkala suara adzan terdengar sayup sayup, kembali aku merogoh ponsel dari dalam saku bajuku. Kutautkan kedua alisku dan berdecak, ketika lagi lagi tidak terdengar nada sambung di penghujung telepon. Satu kali, dua kali, lima kali, namun tetap dijawab operator.  Aku merutuk diri sendiri dan menyesal memilih menunggu di sekolah, karena gerbang sekolah sudah dikunci dari pukul empat sore sebab tidak ada kegiatan ekstrakurikuler setiap hari senin. Andai aja aku tetap di rumah Hani, tentu saja aku tidak akan menunggu sendirian selama hampir satu jam. Aku memutuskan untuk memberi kelonggaran selama lima menit, dan bersiap memesan ojek konvensional jika dia benar benar tidak datang. Aku tiba di rumah pukul ...