Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Halaman Pertama

Derai hujan memaku keras tubuh-tubuh kokoh berbalut seragam hijau gelap bercorak loreng yang berselimut gemerisik dedaunan. Hentakan pasti di antara ranting serta gulir-gulir akar pepohonan, hampir tidak bersuara, tenggelam dalam setiap rintik yang jatuh ke bumi. Sesekali gelegar petir menyambar, disusul sekelebat cahaya pada detik berikutnya. Hempasan angin mengayunkan ranting-ranting teratas pohon Merbau. Bunyi-bunyi asing menggema, entah hewan apa yang mampu bersuara di tengah gempuran badai pada suatu kawasan rimba di Timur bumi.  Belukar-belukar menghadang, dahan-dahan menghalang. Tumbuhan rambat yang menghalau pandangan berkali-kali ditumpas dalam sekali tebas.  Tepat 200 meter menuju target, salah seorang di barisan terdepan mengangkat kepalan tangannya, pasukan segera menghentikan langkah lantas merunduk lebih rendah. ‘Alpha 1 kepada Armada, kami berada dalam parameter target.’ ‘Armada kepada Alpha 1, baik, enam orang di sebelah barat dan dua belas ora...

Tanah Basah

Semburat jingga mentari yang tergelincir telah tenggelam sejak lalu, kini waktu berjalan semakin larut bersama hembusan angin bulan Juli yang menggelitik tengkuk para pelancong malam di kota Malang. Muda-mudi di atas kendaraan beroda dua, mengantri jalan di persimpangan jembatan Soekarno-Hatta. Seperti hari yang sudah-sudah, setiap kedai kopi di sudut kota, tak pernah sepi hingga malam kembali berjumpa pagi. Di kawasan universitas pun masih ditemui beberapa kawanan mahasiswa di antara temaram lampu pada ruang-ruang kosong maupun taman-taman buatan dimana hewan-hewan nokturnal memecah hening. Ada yang sibuk berdiskusi demi eksistensi organisasi, ada pula yang aktif bekerja sama menyatukan mimpi. Aku sendiri bimbang untuk menunggu lebih lama. Suara kakak tingkat yang berbicara di tengah ruangan, terdengar sayup-sayup di kedua telingaku. Sementara sebagian besar manusia menghabiskan waktunya berburu senja hingga bermandi gemerlap cahaya bulan, aku terjebak dalam rapat anggota yang s...

Tenang

Segalanya pernah baik-baik saja. Setidaknya begitu yang aku ingat. Atau mungkin saja hanya suatu hal yang kuharap pernah terjadi. Namun setidaknya, keyakinan itu menjagaku hidup. Mereka masih saling berteriak, kemudian suara keras dari sesuatu berbahan dasar kayu yang dihantam. Suara-suara itu terdengar begitu jelas. Sekalipun di ruang gelap dalam lemari pakaian. Salah satunya mengumpat, suara yang lebih berat, lantas disusul suara tamparan, atau sesuatu yang terdengar seperti tamparan. Lalu hening. Aku membuka mata dan tetap gulita. Menutup dan membukanya kembali, namun kegelapan pekat tetap menyelimutiku.  Samar-samar suara itu terdengar lagi. Caci maki dalam suatu perselisihan. Rasanya pekikan itu kian mendekat. Seolah olah berputar di sekelilingku, berputar mengelilingiku. Denting pecahan kaca, barang-barang yang jatuh, atau dijatuhkan. Seperti volume suara yang ditinggikan, sementara pengeras suaranya berada tepat di kedua telingaku. Aku menjerit. Semoga sekeras ya...
Pulang, Selalu menjadi kata yang dirindukan Setelah berjuang Rumah, Selalu menjadi tempat melepas lelah Mengembalikan harap, yang sempat hilang arah Keduanya, menjadi yang ditunggu-tunggu waktunya supaya dapat kembali bersapa mendekap dan dicinta
Untuk kamu, Yang terlalu sering berdiam diri Terlalu sungkan atas emosi Menahan cita dalam hati Tiada tega membebani Untuk kamu, Yang merasa salah melangkah Terjebak dalam rasa lelah Hilang arah, Tanpa gairah Untuk kamu, Yang semalam hingga pagi Berpugak-pugak demi mimpi Namun belum terealisasi Mari sejenak berhenti Menyalahkan pribadi Mari mengapresiasi diri, Yang telah mencapai hari ini Mari belajar mengerti, Bahwa dirimu berarti