Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021
Si bodoh ini, barangkali si  lebih dari  bodoh ini,  Tak jera-jera rupanya mengadu peruntungan walau buntu tepat dipandang mata, tak sudah-sudah memupuk omong kosong juga harapan sia-sia, tak bosan-bosan menjadi dungu dalam urusan jatuh cinta.

Kukuh

Bagian tepi bawah gamisnya basah, gamis bernada nila itu terpecik kubangan-kubangan yang terhempas tapak kakinya. Di bawah naung langit tunggang gunung, punggungnya melengkung. Dengan teguh ia mendorong gerobaknya walau seluruh tubuh remuk redam bermandi peluh. Seperti hari-hari sebelumnya, gerobak kuning pucat berjudul ‘mie ayam’ itu telah tertutup sempurna, ketika kembali melewati jalan di samping tempatku bekerja, menyusuri bahu Jl. Borobudur, barangkali hingga Jl. Soekarno Hatta. Beliau sudah tak lagi memukul bagian atap gerobaknya yang sedikit menjorok. Berhenti pula ia mengadu kayu dalam ketukan, tiada kembali menarik perhatian para empunya lebih lembar-lembar rupiah. Barangkali jam segini adalah waktunya untuk menjemput putrinya dari sekolah mengaji. Baginya, biarlah terseok-seok langkahnya karena tungkai yang mati rasa. Biarlah berkunang-kunang penglihatannya karena dihantam asap kuali juga penghuni jalan raya. Biarlah, baginya, terbungkuk-bungkuk melayani canda semesta.  S...