Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Cerita Cinta

Kali ini, Rangga namanya. Tubuhnya tinggi, warna kulitnya sawo matang namun terlihat cerah—sepertinya rajin perawatan. Tipikal cowok yang pasti terkenal, terutama oleh kaum perempuan. Rangga merupakan kakak tingkat di satu fakultas yang sama dengan Cinta. Mereka berdua sama-sama menjadi panitia dalam salah satu acara di kampus bulan lalu. Cinta, yang sedang dirundung patah hati, seketika melupakannya saat bertatap wajah dengan Rangga. ‘AADC banget kan, Yu? Kayaknya kali ini aku jodoh deh!’ Ucapnya saat kali pertama menceritakan sosok Rangga padaku, berandai-andai kisah cintanya akan semanis Dian Sastro dan Nicholas Saputra di film mereka pada awal tahun 2000. ‘Kak Rangga cuek cuek  cool  gitu loh, Yu, tapi aku yakin hatinya baik! Kak Rangga juga kayaknya soleh, rajin sholat, rajin ngaji, tidak sombong, rajin menabung..’ Sementara aku hanya bisa menghela nafas dan mendoakannya dalam hati,  soleh kok kayanya ..  orang soleh ngga ada yang ngajak pacaran...

Untuk Ayah

Ayahku tak pernah marah. Rambutnya botak, dipindah ke dagu. Sengaja dirawat dan disisir, mengikuti sunah aku beliau. Ayahku besar perutnya, tak sulit mendirikan gelas di atasnya. Kegemarannya membuka bungkus makanan, lalu rebahan. Sekali-sekali menonton film, salah satunya Dilan. Ayahku suka memeluk. Sumber pahala paling mudah ujarnya, pantas saja. Ayahku suka membaca, lembar pertama suatu majalah, sebagai pengantar mimpi indahnya. Hingga tak pernah usai, barang dua-tiga halaman. Ayahku bekerja di luar kota, bahkan di luar pulau. Hubungan jarak jauh dengan ibu. Hanya sebulan sekali melepas rindu. Ayahku orang hebat, ayahmu juga sama hebatnya. Ayahku penyayang dan penyabar, begitu pula dengan ayahnya, dan semua sosok ayah di dunia.  Terkhusus para putri, mari memanjangkan kain, tutup dada dan sembunyikan helai-helai rambut. Mari berusaha berbakti, di dunia untuk di akhir nanti. . Teruntuk ayahku, Maafkan putrimu yang baru mulai belajar menjaga au...

Berpindah

Akhir bulan ini gue genap 18 tahun. Di penghujung tahun ke 17 ini, alhamdulillah gue diperkenalkan dengan orang-orang yang super duper baik hatinya, dimudahkan segala urusannya, diterima di salah satu politeknik negeri di Jawa Timur—walaupun gue masih menunggu dengan setia hasil sbm tercinta setelah berbulan bulan belajar qeras bagai quda. Alhamdulillah, gue juga disamber petir. Petir cahaya hidayah. Dimana hati gue yang selama ini ketutup, pelan pelan membuka diri dan berbisik, ‘dengan iman yang masih secetek ini aja Allah udah baik hati ngasih temen-temen yang baik, rezeki yang lancar, urusan yang dimudahkan, gimana kalo ditingkatin lagi cinta ke Allah nya?’ Alhamdulillah, dari yang selalu manyun kalo diajak ke kajian sama ayah, jadi bercita-cita turun langsung ke tanah palestina. Aamiin, Ya Allah. Pertama kalinya gue ikut kajian, ustadznya bilang gini, ‘kalo belum bisa ngikutin syariat, perdalam aja dulu ilmunya. Baca kisah-kisahnya, dengerin tausiah-tausiahnya, hayati a...